Sabtu, 19 Maret 2011

Kerinduan

Aku masih termangu saat orang-orang mengucap sebuah kata

Himpitan hari dan detik yang memburu
Membuat semuanya seakan terabaikan
Bisikan-bisikan sampai teriakan yang menggema
Tak jua membuatku tersadar
Mereka berkata "Marhabban Yaa...Ramadhan..."

Oh, rupanya ia telah datang...

Aku kembali berjumpa...
Dan serta merta hatiku gundah...
Gerangan apa yang bisa kuperbuat?
Akankah kulewati begitu saja
Hanya bertemankan lapar dan dahaga?

Ia begitu menggoda...

Dengan malam-malam syahdu yang dihadirkan
Dengan magrib-nya yang begitu mempesona
Dan ia giring jiwa-jiwa ke rumah-rumah Sang Khalik

Ia begitu anggun...

Membuat hati nestapa terhibur
Membuat jiwa kering menjadi basah
Oleh air mata pengampunan...

Kecantikannya, keanggunannya dan keelokan yang menggoda

Tak jua membuatku mau...
Sekedar menyapa...
Tapi ia masih tersenyum...
Ia bisikan waktunya hampir tiba...
Untuk kembali meninggalkanku...

Sampai dalam kesempitan waktu...

Ketika nyanyiannya mulai sayup terdengar...
Suaranya yang syahdu lambat laun menghilang...
Aku tergopoh-gopoh...
Aku mengejarnya...
Ia masih saja tersenyum tapi sosoknya mulai menjauh...
Sampai kudengar sayup-sayup:
"Allahuakbar walila hilham...."
Dan air bening dari pintu jiwaku berderai....
Ia telah pergi....
Akankah aku diberi kesempatan...
Untuk kembali menjumpainya...
Dan bernyanyi dalam malam yang syahdu bersamanya....


........................................................................................................................................
Ku tatap ....
langit masih juga mendung
Namun hujan tak kunjung tiba

Ku lihat...
Hari belum juga malam
Namun sang mentari masih enggan
Berbagi sinarnya

Kurasakan ...
Angin yg berhembus begitu kencangnya
Serasa beku sekujur tubuh ini
Namun tak jua sejuk kan hati
Yang tandus dan kehausan

Kudengar ...
Kau kan meminangnya 4 th lagi
Namun mengapa kau tabur cinta
Diladang hati yg lama
Terdiam dalam kedamaiannya


Salah kah aku?
Atau salahkah dirimu?
Atau mungkinkah aku salahkan
Sang keadaan dan waktu?

Mengapa semua ini terjadi
Tahukah engkau betapa hancur hati ini
Belum juga luka yg dulu itu
Terobati?

Balutan dan jahitan itu
Masih tersisa
Bukankah kau tau itu

Tak perlu kau tangisi semua itu
Tak sepaturtnya kau menangis
Wahai shobatku...
Takpernah terlintas dlm benakku
Jika kau setega itu
Shobat? inikah persahaban itu


Ada baiknya jika kita akhiri
Akhiri saja sandiwara cintamu ini
Tak perlu kau peduliin akan
Hati yg merintih pilu ini

Biarkan semua itu jadi
Kengan yg terindah
Diantara kau dan aku
.......................................................................................................................................
Tarian Abadi


Kau himpun selaksa duka
Dengan bantuan angin yang diiringi awan
Ketika mega tak lagi membiru
Untuk sekedar mengusir segumpal gundah
Dan menghardik seonggok nestapa

Kau coba menari dengan selendang air mata
Kemudian beningnya semburat diterpa mentari petang
Kaucoba bakar obor untuk menyalakan malam-malam ditemani rembulan memucat...
Lolongan hati yang menyendiri...

Tapi tahukah kamu?
Esok itu masih ada...
Seperti janji-janji penghuni langit...
Ia tak mungkin berdusta

Akan datang kepadamu
Sebuah malam yang benderang
Dimana semua nestapa akan sirna
Dan mentari pagi kan menyambut
Dengan semburat sinarnya yang cerah...

.........................................................................................................................................
Kekasihku

Dalam pekat malam yang dingin
Ketika dewi bulan tengah di peraduannya
Aku di sana bersamamu

Kuhentikan malam-malam sepi di hatimu
Menjadi nada-nada cinta yang bingar
Bagai pesta para raja...
Kamu tersenyum
Seindah lembayung senja
Sebening embun pagi
Aku menyayangimu...

Kupeluk hatimu
Kuberi kehangatan bagai selimut mentari pagi
Kubisikan suara
Tentang esok yang penuh harapan
Aku tak bisa berjanji
Aku tak bisa berkata-kata

Aku hanya bisa menatap
Bola matamu yang indah
Dan kamu bisa merasakan
Segenap jiwaku mencintaimu
Karena Kamu dan Aku tahu
Kamu adalah kekasihku....

.......................................................................................................................................
Puisi Cinta


Aku meradang tatkala ia menyentuhku
Kuusir dia dengan segenap kekuatan
Kubawa badai untuk menghempaskannya
Kubelokkan aliran sungai dari muaranya
Kusengat ia agar menggosong dengan terik surya

Aku melolong bak serigala malam yang kesepian
Dia begitu mendera, jiwaku sakit
Dadaku berdegup...
Lebih keras dari debur ombak di lautan sana

Kuhunus pisau dan kucabik
Kuinjak dan kuhapus dengan telapak kakiku yang perih
Jejak-jejak itu masih tampak dengan jelas

Bahkan dengan nanar pandanganku
Ia masih tampak nyata...senyata kehidupan
Tapi pengharapanku maya....
Semaya kegaiban

Hai Dewi Cinta....
Turunlah engkau dan ambillah ia dariku....
Ia datang bersama dengan sirnanya pengharapan
Hatiku mulai membusuk....
Pengharapan bagai onggok kayu kering...
Bergelimpangan dan bergesekan...
Lalu terbakar dan menjadi abu....
Sirna dan tak berbekas....

Aku lelah....
Asa tak lagi berkaki...
Lumpuh ditelan waktu...
Kerinduan tengah membeku...
Yang kuingin hanyalah Kamu.....
Bukan yang lain....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kata adalah suatu mupakat dari hati seseorang yang dapat di dengarkan,tanpa mengharuskan diri kita kedalamnya.sesuatu akan kita dapatkan tanpa mengharapkan imbalan dari seseorang